Hanya Dirimu
Akhirnya
aku bisa mencapai titik dimana aku mulai bisa mengikhlaskanmu. Aku sudah siap
dalam menerima kenyataan yang bukan fiksi ini. Aku telah menyadarkan hati ini
bahwa keadaan tidak memihak kepadaku. Semuanya telah terjadi dan menjadi jalanmu
dan aku tak berhak menolak apalagi mengatakan ini rekayasa. Kenyataan telah
berbicara, aku bukan pilihanmu.
Awal
yang sulit bagiku, saat aku harus memulai dari awal, memulai untuk tidak
mengharapkanmu, dan sampai pada suatu saat nanti aku akan benar-benar berada
pada posisi final dimana aku memenangkan logikaku dari perasaanku. Kelihatan
sulit bahkan saat melakukannya itu lebih sulit dibanding aku harus memulai
menyukaimu. Hanya sekedar khayalan itu akan lebih baik untuk mewujudkannya,
namun tak kubiarkan ini sebatas angan-angan, aku akan berusaha merelakan rasa
ini perlahan pudar dan akhirnya hilang, dan aku bisa mengatakan dengan bangga
bahwa aku telah berhasil memperjuangkan logika untuk melupakan cinta yang
menyakitkan ini.
Kau
terlihat biasa tanpa ada beban dimatamu. Kau sangat egois, kau biarkan aku
berjuang menahan gejolak yang datang saat kita bertatapan, saat kita berdua,
saat kita saling menyapa dan bercanda. Kau tak tahu ada hati yang diam-diam
mengagumimu. Bukan, kau bukan tak tahu namun kau tak peduli ada hati yang
mengagumi bahkan mencintaimu dengan tulus. Kau bulat pada keputusanmu yang
entah aku tak tahu kapan kau menentukan, menentukan pilihanmu yang jelas tak
jatuh pada diriku. Kau telah memilih wanita lain untuk mengisi hati dan harimu.
Kau biarkan aku disini dalam sepi merindumu, memendam sakit dan kecewa.
Kedekatan kita tidaklah berarti apa-apa bagimu, hanya aku saja yang merasa ada
yang berbeda saat kita bersama. Aku nyaman berada didekatmu, damai terasa bila
aku melihat ukiran senyum diwajahmu, bahagia ketika kita tertawa bersama. Kau
tak tahu itu, kau tak pernah peduli.
Kini
keputusanku untuk melupakanmu dan tak ku sia-siakan posisiku saat ini dimana
aku telah bisa mengikhlaskanmu bersama pilihanmu. Aku yakin bila kita memang
ditakdirkan bersama, hati ini akan saling merindu dan kelak bertemu pada akhir
yang indah, akhir dimana kita akan memulai mengawali kisah yang abadi. Sungguh
ironi jika aku berfikir ulang tentang keyakinanku itu. Terlalu berangan-angan
dan bisa saja membuatku jatuh lebih sakit dari pada saat ini.
Seikhlasnya
aku tetap saja bayangmu selalu hadir dalam malamku. Sebelum aku terlelap aku
selalu memikirkanmu, berharap malam kan membawaku pada mimpi indah, dimana aku
dan kamu bisa saling berbagi, saling mengisi, dan selalu bersama dalam cinta
yang tulus dan apa adanya. Ku biarkan itu semua, aku takkan memaksa perasaan
ini untuk pergi dengan sekejap. Butuh waktu untuk benar-benar membiarkan rasa
ini memudar. Biarlah semua proses ini terjadi sebagaimana adanya agar pada
akhir yang menentukan aku benar-benar telah berhenti mencintaimu meskipun sakit,
karena sesungguhnya hati ini sangat menginginkan kamu, hanya dirimu…
Biarlah
seiring brgulirnya waktu, kan tetap kunikmati kebersamaan kita dalam canda
tawa, susah dan senang walau bukan dalam ikatan cinta, dan kuharap kan selalu
berada dalam indahnya persahabatan. Bersahabatlah, maka kita kan selamanya
bersama…