Rara
….apabila
pengeran benar-benar mencintainya,
maka sang
pengeran tidak akan pernah menyiakan Rara.
Berawal dari sebuah kisah cinta yang
manis. Siapa yang tidak bahagia bila akhirnya dapat memiliki orang yang
dicintai yang telah lama ditunggu-tunggu? Ini adalah sedikit cerita dari
perasaan seorang gadis biasa yang selalu menaruh harap kepada pangerannya.
Sebut saja dia Rara, gadis biasa
dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Rara mendapatkan jawaban atas
doa-doa rutinnya kepada sang Khalik. Ia bisa bersatu dengan seorang pangeran
impiannya yang sangat lama ia tunggu. Entah ada angin apa sang pangeran
menyatakan cintanya kepada Rara pada suatu hari yang indah dan tak akan pernah
Rara lupakan. Memang sebelumnya mereka saling berhubungan yang dikenal dengan
istilah PDKT. Tapi ini tetap saja serasa mimpi bagi Rara. Bagaimana tidak,
ketika keputus-asaan menghampiri Rara, sang pangeran datang tiba-tiba dan
mengulurkan tangannya. Tentu Rara menyambutnya dengan senang dan erat
menggenggam uluran tangan tersebut. Setelah bangkit, ia pun tersadar dalam
genggamannya sang pangeran membawa cinta yang khusus diberikan kepada Rara. Hal
diluar dugaan Rara setelah ia sempat memutuskan untuk kembali mengubur perasaan
terhadap sang pangeran. Belum jauh Rara melangkah, ia memutuskan untuk kembali
menggapai harapan yang kini menjadi nyata. Rara pun menjalani hari-hari bahagia
bersama pangeran yang sangat dicintainya.
Tidak bisa dipungkiri dalam setiap
hubungan tidak ada yang mulus-mulus saja. Rara mengalami tahap dimana ia tidak
asing lagi dengan tahapan tersebut. Mereka memutuskan untuk tetap saling
bertahan apapun yang terjadi dalam hubungan mereka, menjalani tahap demi tahap
yang harus dilewati. Namun, ada suatu hal yang mengganjal perasaan Rara. Tidak
tenang ia memikirkan hal yang tidak penting; kerisauannya. Rara tidak
sepenuhnya lupa dengan kejadian-kejadian yang melukaihatinya. Bukan pangeran
milik Rara yang membuatnya terluka, namun orang yang tidak pantas mendapatkan
cinta dan kepercayaan dari seorang Rara. Karena luka itu Rara dihantui rasa
khawatir. Dia selalu bertanya-tanya, salahkah bila ia menaruh cemburu terhadap
sang pangeran? Wajar saja, itu manusiawi dan sebagai tanda sayang Rara. Ia
bingung ketika cemburu itu datang, ia tidak mampu mengutarakannya, akhirnya Rara memilih diam.
Rara berharap sikap diamnya tidak disalah artikan oleh pangeran tercintanya.
Bahkan ketika sang pangeran bersikap cuek Rara sangat sedih meski ia tahu bahwa
itu memang sifat dari pangeran yang dicintainya. Tidak mungkin seseorang merasa
sangat sedih dan kecewa padahal ia mengetahui bahwa alasannya karena sifat yang
telah diterima sejak awal. Kesedihan datang ketika sifat itu mulai dianggap kebiasaan yang selalu
diterima pasangan. Tidak! Rara tidak berfikir seperti itu, Rara merasa sang
pangeran sibuk dengan hobinya. Meski sedih, Rara tak pernah protes, ia lebih
memilih diam daripada harus mengungkapkan dan pada akhirnya Rara yang salah.
Rara tidak ingin melihat pangerannya marah. Dia selalu ingin melihat sang pangeran
bahagia bersamanya meski ia harus memendam kesedihannya sendiri. Rara
beranggapan bahwa apabila pengeran benar-benar mencintainya, maka sang pengeran
tidak akan pernah menyiakan Rara. Rara selalu berusaha mengerti atas segala
sikap dan sifat pangerannya. Ia hanya inginkan bahagia bersama sang pangeran
dan berharap sang pangeran tidak akan pernah melukai hatinya dan membuat luka
lama Rara bertambah. Rara mencintai pangerannya dengan tulus dan memberi
kepercayaan sebagaimana mestinya. Rara berharap pangerannya akan terus menjadi
pangeran miliknya dan membuatnya menjadi seorang putri istimewa bagi
pangerannya.
Sempat terlintas dipikiran Rara,
bahwa sekarang ada yang berubah dari dirinya. Dia tidak seperti dulu lagi yang
memiliki kadar cemburuan yang tidak setinggi sekarang. Terkadang Rara merasa
bahwa dirinya telah salah memberi kepercayaannya dulu. Sekarang Rara jadi susah
sendiri, orang yang pantas diberi kepercayaan sangat utuh malah suka ia
cemburui. Sedangkan orang yang tak pantas sama sekali mendapat kepercayaan dari
Rara malah ia beri kepercayaan yang utuh dan akhirnya menyakiti Rara karena
kepolosan Rara yang tidak bisa membedakan mana pengkhianat dan mana yang tulus.
Rara menjadi sedih sendiri, Rara ingin mengembalikan dirinya yang dulu. Rara
ingin sang pangeran juga berhak mendapatkan sifat Rara yang dulu. Rara pun
sempat berfikir mengapa tidak dari dulu saja ia mengenal pangerannya sebelum ia
bertemu pengkhianat cinta. Itulah kehidupan, kita tidak bisa semaunya dalam
menentukan takdir dan jalan kehidupan sendiri. Inilah takdir yang mutlak
dari-Nya dan harus ikhlas diterima dan dijalani.
Rara sangat mencintai pangerannya,
ia ingin menjadi yang terakhir untuk sang pangeran. Meski ia sadar bahawa ia
gadis yang biasa saja, namun ia memiliki cinta yang tulus untuk sang pangeran.
Ia berharap sang pangeran pun begitu. Walau terkadang ia merasa tak pantas
untuk sang pangeran, namun ia selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk sang
pangerannya. Ia berharap sang pangeran dapat menghargai perasaannya, tak pernah
melukai hatinya, dan tulus mencintai serta menyayangi dirinya. Meski terkadang
sikap cuek sang pangeran yang sekarang bisa ia sebut acuh tak acuh terhadap
dirinya membuat ia sedih, ia tetap berharap sang pangeran mengerti akan dirinya
dan lebih mengutamakannya daripada hobinya. Jika itu tetap tidak bisa Rara
dapatkan, ia harus lebih bersabar lagi dan terus memupuk cintanya kepada sang
pangeran yang tidak ingin ia kecewakan. Rara selalu berharap cintanya juga
cinta sang pangeran terus bertumbuh dan selalu berkembang hingga waktu terindah
itu tiba. Waktu dimana Rara dan pangerannya mengikat janji suci dan berjanji
untuk sehidup semati akan terus bersama dan taat kepada-Nya. Saat itu pula
pangeran menjadikan Rara sebagai satu-satunya permaisuri hatinya untuk
selama-lamanya. Aamiin..